Merinda Rika 11-001
Paskha Yohana 11-039
Pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta
agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Di
Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian
kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak
usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama.
Konsumsi
gizi anak juga diperhatikan karena pada masa inilah organ otak anak cukup pesat
berkembang yang dipengaruhi oleh protein. Pada umur 4 tahun kecerdasan
anak akan terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia
18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa
paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa
sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan
yang maksimal, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan
secara optimal.
Karakteristik anak pra sekolah ada
empat, yaitu :
v perkembangan jasmani
v perkembangan kognitif
v perkembangan bahasa
v perkembangan
emosi dan sosial
Tetapi
tidak semua anak mengalami pendidikan prasekolah. Ada anak yang membutuhkan
pendidikan khusus yaitu anak yang cacat seperti cacat mental. Tuna netra, tuna
wicara. Semakin cepat penanganan akan kebutuhan khusus anak ini akan semakin
baik.
Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:
Tujuan utama: untuk membentuk
anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi
kehidupan di masa dewasa.Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak
mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Pentingnya Kognitif
oleh anak Usia dini
Dalam masa usia dini anak mulai
sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Masa
ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan dua
bidang kemampuan anak oleh sebab itu di butuhkan kondisi untuk stimulasi yang
sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai
secara optimal. Pendidikan selain untuk mengembangkan sikap prilaku melalui
pembiasaan, juga mengembangkan kemampuan dasar anak yang salah satunya adalah
kemampuan daya pikir yang dikenal istilah pengembangan kognitif.
Kognitif adalah suatu proses
berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. Departemen Pendidikan Nasional ( 2002 )
menjelaskan kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir logis, kritis, memberi
alasan, memecahkan masalah dan menemukan sebab akibat. Wachs (1979)
mengemukakan perkembangan kognitif dapat ditingkatkan apabila orang tua penuh
kasih responsif secara verbal dan memberikan lingkungan yang terorganisasi dan
bisa di ramalkan dengan kemungkinan untuk variasi pengalaman.
Melalui jalur pendidikan formal
di taman kanak-kanak guru sebagai fasilitator hendaknya menyediakan
kegiatan-kegiatan yang dapat dijadikan pengalaman oleh anak melalui permainan
sains akan memberikan pengalaman belajar yang disukai anak. Dengan demikian
diharapkan kemampuan daya pikir anak dapat berkembang. (Sujiono, 2005 : 2).
Pentingnya Emosional
pada Anak Usia Dini
Apa pentingnya kecerdasan emosional untuk anak?
Sangat penting sekali.
Phenomena anak-anak khususnya dari 3
tahun sampai dengan remaja, yang mudah sekali mengeluarkan emosi dan
sulit berdiskusi, bahkan dapat dijumpai beberapa kasus emosi anak remaja
yang mengarah kepada sebuah tindakan yang mencelakakan orang lain.
Hal ini tentunya menjadi teguran bagi
para orang tua dan masyarakat, bahwa emosi anak belumlah terdidik! Yang
mengkhawatirkan adalah ketika emosi yang tidak terdidik ini berkembang
sampai dewasa dan bahkan sudah kakek nenek!
Dan umumnya anak-anak yang memiliki perilaku anarkis adalah karena kurangnya pengetahuan untuk mengeluarkan emosi yang benar.
Memberi contoh emosi yang benar kepada anak
Ketika anak tidak memahami cara
menyampaikan emosi yang benar kepada orang lain, maka tindakan dan
kata-kata yang kasar akan menjadi makanan utama bagi sang anak. Mendidik emosi yang benar kepada anak
juga tidak mudah karena diperlukan kecerdasan emosional dari diri si
orang tua juga. Seperti kata pepatah, buah tidak jauh dari pohonnya.
Jika suka membentak, memukul,
memarahi anak, maka adalah hal yang sah-sah saja bagi anak anda untuk
melakukan hal yang sama pada orang lain. Seperti contoh, anak yang berumur 6
tahun memukul temannya disekolah. Ajaklah si anak menjauh dari teman
yang dipukulnya, tanyalah apa yang menyebabkan dia memukul temannya.
Tunggu sampai ia menjelaskan dan jangan memaksa.
Hal yang sangat penting bagi
orang tua untuk menghormati perasaan anak, walaupun anak tersebut belum
menguasai kosa kata yang cukup sekalipun - apalagi jika anak sudah
beranjak remaja.
Membiasakan diri menjadi pembicara dan pendengar yang baik adalah salah satu contoh yang efektif untuk mendidik emosi anak.
Pointnya adalah, orang tua boleh saja
bercita-cita agar anaknya kelak bisa secerdas Steve Jobs atau si Alberst
Einsten. Tetapi kecerdasan yang tidak memiliki akhlak luhur tentunya
tidak diinginkan oleh para orang tua juga, akhlak luhur ini sangat berkaitan dengan bagaimana kita mendidik kecerdasan emosional pada anak sejak dini.Orangtua dapat mengajarkan aspek-aspek ini sesuai perkembangan usia anak.
1. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Diri.
2. Kemampuan Untuk Mengelola Dan Mengekspresikan Emosi
3. Kemampuan untuk Memotivasi Diri
4. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Orang Lain
5. Kemampuan Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain
Pentingnya Fisik pada anak Usia dini
Perkembangan fisik
pada anak banyak kaitannya dengan orang tua daripada anak-anak tidak memiliki
konsep apa itu sehat di usia dini. Anak dapat makan apa yang mereka inginkan,
tetapi perlu mulai mengajarinya tentang pentingnya kesehatan tubuh sejak dini.
Sebagai
seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi,
anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks.
Tingkat di mana keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan
kekhawatiran bagi orang tua.
- Motorik Kasar: Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap
bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
- Motorik Halus: Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.
Pentingnya Pendidikan Sosial pada anak Usia dini
Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan social anak usia dini. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang
saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Manfaat yang diperoleh anak dengan
diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada masa
ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan
sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
Secepat individu menyadari
bahwa diluar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia
harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat seperti yang diharapkan orang
lain. Proses belajar untuk menjadi mahluk sosial ini disebut sosialisasi.Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungan-sosialnya. Lengkapnya adalah :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Sumber :
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.
Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar