Minggu, 01 April 2012


Merinda Rika         11-001
Paskha Yohana       11-039



Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
 

 Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama.
        Konsumsi gizi anak juga diperhatikan karena pada masa inilah organ otak anak cukup pesat berkembang yang dipengaruhi oleh protein. Pada umur 4 tahun  kecerdasan anak akan terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara optimal.
Karakteristik anak pra sekolah ada empat, yaitu :
v  perkembangan jasmani
v  perkembangan kognitif
v  perkembangan bahasa
v   perkembangan emosi dan sosial

Tetapi tidak semua anak mengalami pendidikan prasekolah. Ada anak yang membutuhkan pendidikan khusus yaitu anak yang cacat seperti cacat mental. Tuna netra, tuna wicara. Semakin cepat penanganan akan kebutuhan khusus anak ini akan semakin baik.

 

Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

 
 
Pentingnya Kognitif oleh anak Usia dini



 
Dalam masa usia dini anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan dua bidang kemampuan anak oleh sebab itu di butuhkan kondisi untuk stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Pendidikan selain untuk mengembangkan sikap prilaku melalui pembiasaan, juga mengembangkan kemampuan dasar anak yang salah satunya adalah kemampuan daya pikir yang dikenal istilah pengembangan kognitif.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Departemen Pendidikan Nasional ( 2002 ) menjelaskan kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan sebab akibat. Wachs (1979) mengemukakan perkembangan kognitif dapat ditingkatkan apabila orang tua penuh kasih responsif secara verbal dan memberikan lingkungan yang terorganisasi dan bisa di ramalkan dengan kemungkinan untuk variasi pengalaman.
Melalui jalur pendidikan formal di taman kanak-kanak guru sebagai fasilitator hendaknya menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat dijadikan pengalaman oleh anak melalui permainan sains akan memberikan pengalaman belajar yang disukai anak. Dengan demikian diharapkan kemampuan daya pikir anak dapat berkembang. (Sujiono, 2005 : 2).


Pentingnya Emosional pada  Anak Usia Dini



Apa pentingnya kecerdasan emosional untuk anak?
Sangat penting sekali.

Phenomena anak-anak khususnya dari 3 tahun sampai dengan remaja, yang mudah sekali mengeluarkan emosi dan sulit berdiskusi, bahkan dapat dijumpai beberapa kasus emosi anak remaja yang mengarah kepada sebuah tindakan yang mencelakakan orang lain.
     Hal ini tentunya menjadi teguran bagi para orang tua dan masyarakat, bahwa emosi anak belumlah terdidik! Yang mengkhawatirkan adalah ketika emosi yang tidak terdidik ini berkembang sampai dewasa dan bahkan sudah kakek nenek!
        Dan umumnya anak-anak yang memiliki perilaku anarkis adalah karena kurangnya pengetahuan untuk mengeluarkan emosi yang benar.

Memberi contoh emosi yang benar kepada anak

      Ketika anak tidak memahami cara menyampaikan emosi yang benar kepada orang lain, maka tindakan dan kata-kata yang kasar akan menjadi makanan utama bagi sang anak. Mendidik emosi yang benar kepada anak juga tidak mudah karena diperlukan kecerdasan emosional dari diri si orang tua juga. Seperti kata pepatah, buah tidak jauh dari pohonnya.
      Jika suka membentak, memukul, memarahi anak, maka adalah hal yang sah-sah saja bagi anak anda untuk melakukan hal yang sama pada orang lain. Seperti contoh, anak yang berumur 6 tahun memukul temannya disekolah. Ajaklah si anak menjauh dari teman yang dipukulnya, tanyalah apa yang menyebabkan dia memukul temannya. Tunggu sampai ia menjelaskan dan jangan memaksa.
     Hal yang sangat penting bagi orang tua untuk menghormati perasaan anak, walaupun anak tersebut belum menguasai kosa kata yang cukup sekalipun - apalagi jika anak sudah beranjak remaja.
Membiasakan diri menjadi pembicara dan pendengar yang baik adalah salah satu contoh yang efektif untuk mendidik emosi anak.
Pointnya adalah, orang tua boleh saja bercita-cita agar anaknya kelak bisa secerdas Steve Jobs atau si Alberst Einsten. Tetapi kecerdasan yang tidak memiliki  akhlak luhur tentunya tidak diinginkan oleh para orang tua juga, akhlak luhur ini sangat berkaitan dengan bagaimana kita mendidik kecerdasan emosional pada anak sejak dini.
Orangtua dapat mengajarkan aspek-aspek ini sesuai perkembangan usia anak.
1. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Diri.
2. Kemampuan Untuk Mengelola Dan Mengekspresikan Emosi
3. Kemampuan untuk Memotivasi Diri
4. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Orang Lain
5. Kemampuan Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain



 
Pentingnya Fisik pada anak Usia dini
 

 

Perkembangan fisik pada anak banyak kaitannya dengan orang tua daripada anak-anak tidak memiliki konsep apa itu sehat di usia dini. Anak dapat makan apa yang mereka inginkan, tetapi perlu mulai mengajarinya tentang pentingnya kesehatan tubuh sejak dini.
Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Tingkat di mana keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua.

Perkembangan fisik motorik
- Motorik Kasar: Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap
bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
- Motorik Halus: Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.



 Pentingnya Pendidikan Sosial pada anak Usia dini
 
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social anak usia dini. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada masa ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
Secepat individu menyadari bahwa diluar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi mahluk sosial ini disebut sosialisasi.
 
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungan-sosialnya. Lengkapnya adalah :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan



 

Sumber :

Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.
Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar