Anda
bukanlah pikiran Anda
Seorang penakut suatu malam melewati
area pekuburan. Banyak pikiran bekecamuk dalam dirinya, kumpulan informasi-informasi
negatif tiba-tiba bermunculan dalam benaknya. Dunia mistis, cerita-cerita seram
yang ia dengar dan keadaan sepi waktu itu seolah mendorong membentuk proyeksi
mental yang mencekam. Dia pun lari sekuat-kuatnya, ingin menjauh dan keluar
dari suasana yang menakutkan itu. Namun ia tak sadar bahwa malam berikutnya ia
akan kembali melewati tempat itu.
Pada keadaan lain, seorang bijak
sedang berusaha memecahkan suatu masalah. Duduk dengan tenang dan pikirannya
tertuju pada apa yang semestinya ia lakukan. Kadang dia kelihatan fokus pada
sumber yang dibacanya, namun bukan berarti tidak mengindahkan sekelilingnya.
Sejenak diantaranya dia merespon dengan lembut pertanyaan putrinya yang lucu.
Dia menjalaninya dengan kedamaian, rasa bahagia dan pengertian yang luas.
Demikianlah hingga ia dapat menuntaskan sebagian kegiatannya itu.
Dua gambaran tersebut menceritakan
dua sebab dan dua akibat yang berbeda. Pada cerita pertama seorang penakut yang
tak mampu mengendalikan pikirannya sehingga terjebak dalam situasi yang
dibuatnya sendiri. Pada kisah kedua seorang bijak yang telah mampu
mengendalikan dirinya sehingga mampu memberikan tanggapan yang terbaik pada
setiap situasi kehidupannya.
Para pembaca, mungkin kita pernah
mengalami salah satu sebab atau keduanya dari kejadian tersebut yang hal itu
tentu akan berpengaruh pada alur kehidupan kita. Jika kita mencoba menganalisis
pola cerita tersebut dengan pola sebab-akibat :
- Kisah si penakut
Sebab :
A.
pikiran berkecamuk, informasi negatif (cerita
seram dsb.) di masa lampau bermunculan tanpa diundang = tidak dapat mengendalikan
pikirannya sendiri
B.
keadaan sekitar sepi = suasana kehidupan luar
pribadi
Akibat : A. rasa ingin menjauh dan keluar = khawatir terhadap keadaannya .
Akibat : A. rasa ingin menjauh dan keluar = khawatir terhadap keadaannya .
Sehingga didapat :
tidak dapat mengendalikan pikiran + suasana kehidupan di luar = menimbulkan
rasa khawatir, gundah, tidak menentu, rasa sakit, penderitaan batin atau jenis
ketidakbahagiaan yang sulit di-encoding melalui kata-kata.
Keadaan tersebut (khawatir, gundah,
dan sejenisnya) mendorong si penakut untuk berlari. Dalam kondisi lain (di luar
cerita) bentuk emosi negatif tersebut mampu mendesak/ menekan seseorang
melakukan tindakan yang lebih ekstrim, seperti : konflik dengan orang
lain(menyakiti,membunuh,dll), melakukan kegiatan yang dianggap cocok dengan
situasi emosinya (meski bertentangan dengan nalurinya), menyakiti diri sendiri,
atau bahkan bunuh diri!
Kemudian pertanyaannya, karena kita
tidak menginginkan situasi tersebut, apa yang mesti kita usahakan?
Salah satunya, kita dapat belajar dari cerita kedua.
2. Kisah orang bijak
Sebab :
A. pikiran tertuju = mampu mengendalikan
pikiran sendiri
B. menjalani dengan kedamaian, rasa
bahagia = menjalani dengan perasaan tanpa konflik, merasa sama/satu dengan yang
lainnya
C. pengertian yang luas = memandang
tidak hanya dari pemahaman pribadi, bersikap obyektif
Akibat
: A. dapat memfokuskan diri tanpa tidak mengindahkan sekelilingnya = bersikap
adil, mampu berbuat yang terbaik pada setiap situasi hidup.
Sehingga didapat : mampu mengendalikan
pikiran + merasa satu dengan yang lain + bersikap obyektif = dapat mewujudkan
pribadi yang adil dan mampu berbuat yang terbaik dalam setiap kehidupannya,
rasa syukur, rasa bahagia, damai, cinta kasih.
Kondisi ini mendorong si bijak untuk
memberikan reaksi positif dan selaras dengan nuraninya pada setiap situasi,
salah satunya menjawab dengan lembut pertanyaan putrinya, walaupun dia sedang
berusaha menyelesaikan masalahnya. Dengan demikian kita dapat memilih akibat
apakah yang kita harapkan? Dan hal itu dapat dipengaruhi dengan sebab yang kita
perbuat sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar