Selasa, 10 April 2012

Psikologi Sekolah

 



Merinda Rika                          11-001
Agnes Oktavia                        11-021
Aisyah Huwaida                     11-065
Christine Natalia Tarigan       11-127
 

KEDUDUKAN PSIKOLOGI SEKOLAH DALAM ILMU PSIKOLOGI
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak. Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak. Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.

PERBEDAAN PSIKOLOGI SEKOLAH DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi sekolah adalah salah satu bidang dari beberapa bidang psikologi pendidikan dan psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Sebuah aspek kunci dari pekerjaan psikolog sekolah adalah pengujian sebagian besar anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah, untuk mencoba mendiagnosis masalah dan kadang-kadang untuk menyarankan cara-cara menghadapi masalah.  Psikolog Sekolah juga bekerja sama dengan guru untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk anak-anak dalam masalah akademis, emosional, dan perilaku. Kebanyakan sekolah psikolog dilatih di departement pendidikan, namun ada juga yang dilatih di departement-departement psikologi. Tujuan adanya psikologi sekolah adalah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru. Psikologi pendidikan merupakan gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
Pertama adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
Kedua adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Tujuan mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Jadi, dari kedua perbedaan dan tujuan di atas, dapat kita lihat bahwa ada perbedaan antara psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Psikologi sekolah adalah cabangnya, psikologi sekolah berhubungan dengan dengan anak didik di sebuah instansi sekolah. Sedangkan psikologi pendidikan adalah pokoknya. Psikologi pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran pendidikan dan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
Referensi :

 Fungsi sekolah sebagai agen perubahan.
Masa depan generasi muda sekarang sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka menyerap berbagai konsep baru, menentukan berbagai pilihan baru serta beradaptasi terhadap setiap perubahan sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi di dunia pendidikan, diperlukan para pendidik yang tidak henti-hentinya meningkatkan kompetensi dan profesional mereka.
Oleh karena itu sekolah yang efektif  harus mampu mengakomodasikan dan mengaitkan pembelajarannya secara langsung dengan kebutuhan yang muncul diera baru.

Metode yang digunakan dalam sistem pengajaran disekolah
  1. Metode Belajar Mengajar ‘Ceramah’
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan.
Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak di gunakan guru dalam dunia pendidikan.
  1. Metode Belajar Mengajar ‘Tanya Jawab’
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya.
Metode ini banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dan metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan- kekurangan pada metode ceramah, dikarenakan apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka siswa/anak didik dapat langsung menanyakan pada guru.
  1. Metode Belajar Mengajar ‘Pemberian Tugas’
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru.
Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya.
  1. Metode Belajar Mengajar ‘Demostrasi/Praktek’
Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.
Sumber :
Peran psikolog sekolah
Dunia belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan salah satu lahan dari psikologi secara umum. Psikologi pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi dengan objek manusia (tingkah laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada perubahan perilaku siswa, cocok untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan perilaku siswa yang diinginkan.
Peran Psikolog Sekolah
Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
  • Pelaksanaan tes 
  • Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa 
  • Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya 
  • Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di Sekolah
1. tingkat pelayanan (Jack I. Baron (1982),) 
  • Tingkat I (psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut. 
  • Tingkat II (klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
  • Tingkat III (indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.
2. Kegiatan professional
Berpartisipasi dalam diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan pelacakan kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi pelayanan, maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan tingkat rendah hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi lebih bervariasi fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang bervariasi juga, berdasar kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat psikolognya.
3. Klien langsung
Berhadapan dengan: 
  • Murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas 
  • Guru secara perorangan, kelompok guru 
  • Tenaga administrasi
4. Tingkat program pendidikan
Terdapat kesulitan dan kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari aspek kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5. Kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk lain dari fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah, suku/agama/ ras/ golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Contoh masalah pada sekolah dan cara mengatasinya
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :
  1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
  2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
  3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Secara visual, penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal. 
Sumber :

Hal-Hal yang diberikan dalam kaitannya pelayanan Psikolog Sekolah:
Dalam hal kaitannya dengan murid :
1.      Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku.
2.      Meningkatkan prestasi dengan memandang hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran.
3.      Meningkatkan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, pengontrolan kemarahan, self-regulation, self-determination, dan optimism.
4.      Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang
Dalam hal kaitannya dengan murid dan keluarganya :
1)      Mengidentifikasi masalah belajar dan perilaku yang mengganggu keberhasilan di sekolah
2)      Mengevaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus
3)      Memberikan dukungan sosial, emosional, dan perilaku yang sehat kepada siswa
4)      Mengajarkan cara mengasuh yang baik dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah
5)      Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas
Dalam hal kaitannya dengan para guru :
o   Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar
o   Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa
o   Mendesain dan melakukan intervensi akademis dan perilaku
o   Mendukung instruksi individual yang efektif
o   Menciptakan lingkungan kelas yang positif
o   Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran
Dalam hal kaitannya dengan administrator :
o   Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perkembangan sekolah, hasil yang didapatkan siswa, dan persyaratan akuntabilitas
o   Melaksanakan program-program pencegahan pelebaran sekolah yang membantu mempertahankan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar
o   Mempromosikan kebijakan sekolah dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan
o   Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan
o   Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh
Dalam hal kaitannya dengan Pelayanan masyarakat :
1.      Mengkoordinasikan penyerahan jasa kepada siswa dan keluarga mereka di dalam dan di luar sekolah.
2.      Membantu proses transisi siswa baik menuju dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak.
Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Sukadji, S. 2000. Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
http://www.ehow.com/info_7900711_difference-school-psychology-educational-psychology.html
 Perbedaan antara Psikolog Pendidikan, Psikolog Sekolah dan Guru BK
Psikolog pendidikan merupakan psikolog yang menghususkan diri pada cara memahami pengajaran, dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Biasanya para psikolog pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip :
1)      Belajar dalam kelas.
2)      Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
3)      Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4)      Sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayahgunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Psikolog pendidikan biasanya mencakup hal yang lebih luas bila dibandingkan dengan psikolog sekolah. Bila psikolog sekolah bermain di ranah sekolah, maka psikolog pendidikan bermain pada ranah luar sekolah namun sekolah juga masuk dalam cakupan kerjannya.  Sebelum sangat mendasar kita bahas psikolog sekolah, kita harus tau apa sih sebenarnya psikolg sekolah itu? Psikolog sekolah ada psikolog yang mengkhususkan diri pada dunia sekolah. Biasanya psikolog sekolah berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan dengan psikologis siswa juga guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru, dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Seorang psikolog sekolah harus bisa dekat dengan siswaataupun guru yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan orang tua siswa. Mengapa? yaa.. karena peran psikolog sekolah juga memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan motivasi siswanya. Tetapi yang perlu diingat psikolog sekolah berbeda dengan guru BK. Guru BK biasanya bertugas pada siswanya saja dan dilindungi oleh undang-undang karena memiliki label guru, sedangkan psikolog sekolah lebih sedikit luas cakupannya dan juga psikolog adalah sebuah profesi yang di wajibkan memiliki profesionalisme lebih baik. Jadi sudah jelas lah psikolog pendidikan dan psikolog sekolah memiliki peran yang berbeda namun mungkin memiliki tujuan yang sama yaitu agar dunia pendidikan semakin baik.

Daftar Pustaka
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://ekomedia.wordpress.com/2008/07/26/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar