Andragogi
berasal dari bahasa Yunani yaitu aner yang berarti orang dewasa, dan agogy / agogus yang berarti membimbing atau membina. mengarahkan orang dewasa, Agogi berarti ”aktivitas memimpin/membimbing” atau ”seni
dan ilmu
untuk membantu orang dewasa belajar. Adapun andragogi, justru lebih merupakan
proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara
berkelanjutan.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta
didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi
pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi
dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan peserta didik.
Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam
pembelajaran orang dewasa, untuk itu pendidik hendaknya mampu membantu peserta
didik untuk :
- mendefinisikan kebutuhan belajarnya
- merumuskan tujuan belajar
- ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar
- berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan belajar.
Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta
didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran.
Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi
sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar
(the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan
pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk
mengajar anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children).
Dugan Laird (Hendayat S., 2005: 135) mengatakan bahwa
andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang
dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak
dalam memperoleh tingkah laku baru.
Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis
semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis,
seseorang disebut dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara
sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial
yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang
dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan
keputusan yang diambil.
Perlunya
penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa
dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan
anak. Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan
sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang di transmisikan didasarkan pada
pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi
warga belajar di masa datang. Sebaliknya, pembelajar-an orang dewasa
(andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk
menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan,
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan
dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil
belajar warga belajar.
Asumsi-asumsi Paedagogi dan Andragogi,
dan Implikasinya
Menurut Malcolm S. Knowles ada empat konsep dasar (asumsi) yang membedakan Paedagogi dan Andragogi yaitu :
Paedagogi
|
Andragogi
|
Anak ialah pribadi yang
tergantung.
Hubungan pelajar dengan
pengejara merupakan hubungan yang bersifat pengarahan.
Pengalaman pelajar sangat terbatas,
karena itu dinilai kecil dalam proses pendidikan.
Guru menentukan apa yang
akan dipelajari, bagaimana dan kapan belajar.
Anak-anak cenderung
mempunyai perspektif untuk menunda aplikasi apa yang ia pelajari (digunakan
di masa yad.)
Pendekatannya ”berpusat
kepada mata pelajaran” (Subject Centered)
|
Si pelajar bukan pribadi yang tergantung, tapi
pribadi yang telah masak secara psikologis.
Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan
hubungan saling membantu yang timbal balik.
Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai sebagai
sumber belajar yang kaya.
Pelajar menentukan apa yang mereka perlu
pelajari berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi
sosial mereka.
Pelajar cenderung mempunyai perspektif untuk
kecepatannya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari.
Pendekatannya ”berpusat kepada masalah” (Problem
Centered)
|
Sumber :
Ø Knowles,
Malcolm. 1979. The Adult Learning (thirt Edition), Houston,
Paris, London, Tokyo: Gulf Publishing Company
Ø Sudjana, H.D.
2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
Tidak ada komentar:
Posting Komentar