Sabtu, 23 Juni 2012

Teori Perkembangan Bayi Menurut "PIAGET"



Jean Piaget adalah seseorang yang ‘mengabdikan’ dirinya untuk menguak tabir perkembangan kognitif dari bayi. Ia adalah orang yang intens dan konsisten dalam mencari, menemukan, dan mengembangkan berbagai teori tentang anak; mulai dari kognitif, perkembangan bahasa, bahkan pada perkembangan kepribadian. Dan untuk semua ini, ia bahkan menjadikan anak-anaknya (Laurent, Lucienne, dan Jacqueline) sebagai ‘kelinci percobaan’ yang pada akhirnya menghasilkan sebuah teori tentang psikologi perkembangan.
 Piaget juga mempunyai pendapat yang besar dalam bidang psikologi pendidikan, karena ia adalah orang yang percaya bahwa perkembangan kognitif seorang anak juga sesuai dengan pertambahan umur, sehingga seorang pendidik harus menyesuaikan pembelajaran dan pendidikannya sesuai dengan perkembangan kognitif seorang anak.
Maka, sebagai konsekuensi logisnya adalah, bahwa menjadi sebuah ‘kewajiban’, apalagi bagi mereka yang ingin intens dalam psikologi perkembangan, untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang teori yang dihasilkan oleh Piaget, karena hal itu menjadi pegangan awal yang sangat diperlukan dalam memahami teori perkembangan selanjutnya. Teori Piaget bisa dibilang sangat autentik karena berdasarkan penelitian terhadap anak-anaknya sendiri. Sehingga lahirlah beberapa teori tentang perkembangan anak; sebut saja seperti, empat tahap perkembangan bayi, dan perkembangan kognitif bayi yang terdiri dari enam konsep; skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, ekuilibrum, dan ekuilibrasi. Hadirnya beberapa teori itu, selain memudahkan bagi yang mau mempelajarinya, juga seakan layar proyektor besar yang mudah dipahami.
Selain itu, sebagaimana kajian psikologi lainnya dengan ciri khasnya, ilmiah kontemporer yang lahirnya di barat, tentu saja akan ada perbedaan (sekaligus persamaan) jika dihadapkan pada dunia islam. Berbeda karena tentu saja sosio-kultural yang terjadi di dunia barat tidak sesuai jika dihadapkan pada problematika yang dihadapi umat islam. Maka, sangat menarik kiranya jika hal itu kemudian di tarik dalam ranah paradigma keislaman.
Hal seperti itu dilakukan, pada dasarnya bukan untuk mengklaim siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi hanya sebagai bahan perbandingan yang pada akhirnya memberikan pilihan-pilihan bagi pembaca untuk menentukan sendiri bagaimana seharusnya dan semestinya.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Teori piaget adalah teori umum yang menyatukan bagaimana biologi dan pengalaman membentuk perkembangan kognitif.  Menurut piaget, sama seperti tubuh fisik kita yang memiliki struktur yang memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan dunia, kita membangun struktur mental yang membantu kita untuk beradaptasi dengan dunia. Adaptasi melibatkan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan baru. Piaget juga menekankan bahwa anak – anak secara aktif membangun dunia kognitif  mereka sendiri, informasi tidak sekedar tertuang ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana anak – anak pada titik berbeda dalam perkembangan mental mereka memikirkan tentang dunia dan bagaimana perubahan – perubahan sistematis dalam pikiran mereka terjadi.
Piaget mengembangkan beberapa konsep proses yang digunakan anak – anak saat membangun pengetahuan mereka tentang dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian; terutama yang terpenting adalah skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, ekuilibrium, dan ekuilibrasi.
Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasi pengetahuan. Skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa bayi dan perkembangan skema mental (aktivita kognitif ) pada masa kanak – kanak. Sebuah skema bayi terstruktur  oleh tindakan – tindakan sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah objek, seperti mengisap, melihat dan menggenggam. Anak – anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi strategi dan rencana untuk memecahkan masalah.
Asimilasi adalah proses yang terjadi ketika anak – anak melakukan tindakan terhadap lingkungan sesuai dengan struktur pikiran yang sudah ada pada saat itu.
Akomodasi, terjadi ketika anak – anak menyesuaikan diri dengan skema mereka untuk mempertimbangkan informasi dan pengalaman baru.
Asimilisai dan akomodasi termasuk dalam mekanisme perkembangan yang bersifat adaptasi kognitif. Sebagai contoh singkat tentang dua istilah ini adalah;
Pada saat anak berusia 1 – 3 tahun (usia toddler). Orang tua mungkin pernah mengenalkan anaknya tentang sebuah istilah, yaitu mobil. Pada proses selanjutnya, seorang anak mungkin menganggap bahwa semua kendaraan yang bergerak di jalan sebagai mobil, termasuk truk dan sepeda motor; maka anak itu sudah mengasimilasi objek-objek tersebut ke dalam skemanya. Akan tetapi anak tersebut segera belajar bahwa sepeda motor dan truk bukanlah mobil dan menyelaraskan kategori untuk mengecualikan keduanya, sehingga mengakomodasi skema tersebut.
·         Organisasi adalah pengelompokan perilaku dan pemikiran yang terisolasi ke dalam system tatanan yang lebih tinggi. Anak-anak secara kognitif mengatur dan mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka secara terus menerus.
·         Disekuilibrium, ekuilibrum, dan Ekuilibrasi,
Secara sederhana, disekuilibrum bisa diartikan sebagai konflik kognitif. Hal ini terjadi karena perkembangan dan pertambahan pengetahuan yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan skema yang sudah dibangun sebelumnya. Sebagai contoh; jika seorang anak yakin bahwa menuangkan air dari sebuah wadah pendek yang lebar ke dalam wadah sempit yang tinggi mengubah jumlah air, maka seorang anak mungkin ragu apakah air itu masih dengan kapasitas yang sama atau malah bertambah?. Maka, ekuilibrium adalah proses yang menghasilkan motivasi untuk sebuah perubahan kognitif sehingga menghasilkan cara berpikir yang baru (ekuilibrium).
Sedangkan ekuilibrasi adalah mekanisme ketika anak-anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran berikutnya. Sedangkan hasil dari proses ini, menurut Piaget, bahwa individu melewati empat tahap perkembangan.

Tahap Perkembangan Pada Anak
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1.      Tahap Sensoris – motorik (sensorimotor stage)
Tahap sensoris – motoric berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan menggunakan sensoris (seperti melihat dan mendengar ) melalui gerakan dan tindakan – tindakan.
Piaget membagi tahap sensoris – motorik menjadi enam subtahap, yaitu :
a.      Reflex sederhana (simple reflex) – (lahir – 1 bulan )
Dalam subtahap ini bayi baru lahir mulai berlatih mengendalikan reflek – reflek yang mereka bawa sejak lahir, melibatkan diri dalam tingkah laku walaupun stimulus normalnya tidak hadir, seperti rooting (memalingkan muka bila pipinya disentuh), mengisap ketika bibir mereka disentuh , dan menggenggam. Pada bualan – bulan pertama kehidupan, bayi mengambil tindakan dan secara aktif menstrukturkan pengalaman.

b.      Kebiasaan pertama dan reaksi sirkular primer (first habit and primary circular reaction)
Subtahap yang berkembang antara usia 1 hingga 4 bulan. Dalam sub tahap ini bayi mengoordinasikan sensasi dan dua jenis skema, yaitu kebiasaan dan reaksi sirkural primer. Kebiasaan merupakan skema yang berdasarkan  sebuah reflek yang telah menjadi benar – benar terpisah dari stimulus yang menimbulkannya. Misalnya, bayi pada tahap 1 mengisap ketika ditaruh dimulut atau ketika melihat botol. bayi pada subtahap ini dapat mengisap bahkan ketika tidak ada botol. Reaksi sirkular primer adalah skema yang berdasarkan pada upaya untuk mengulang sebuah peristiwa yang pertama terjadi secara kebetulan.Sementara untuk reaksi sirkular primer adalah skema yang berdasarkan pada upaya untuk mengulang peristiwa yang awalnya terjadi secara kebetulan. Seperti; bayi yang tidak sengaja menghisap jari-jarinya.

c.       Reaksi sirkular sekunder (secondary circular reaction)
Subtahap sensoris – motorik yang berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada sub tahap ini bayi menjadi lebih berorientasi terhadap objek, bergerak diluar kesibukan dengan diri sendiri, mengulangi tindakan yang bawa hasil yang menarik atau menyenangkan, berbagai tindakan disengaja namun belum bertujuan. Contoh, bayi berbisik  untuk membuat sesorang tetap dekat, saat orang – orang beranjak pergi, bayi berbisik lagi. Bisa juga bayi mengeluarkan gumaman-gumaman kecil.

d.    Koordinasi reaksi sirkular sekunder (coordination of secondary circular reaction)
Subtahap sensoris – motoric yang berkembang antara usia 8 – 12 bulan. Pada subtahap ini bayi harus mengoordinasikan penglihatan dan sentuhan, tangan dan mata. Tindakan lebih diarahkan keluar. Artinya tindakan itu diarahkan untuk lebih merasakan apa yang dilihat dan terjadi disekitarnya. Mungkin bayi mulai suka bermain kerincing dan sekaligus menyentuhnya.

e.       Reaksi sirkular tersier, kebaruan, dan rasa ingin tahu (tertiary circular reaction, novelty and couriosity.
Subtahap sensoris – motorik yang berkembang antara usia 12 hingga 18 bulan. Dalam subtahap ini, bayi menjadi tertarik oleh banyak objek dan banyak hal yang dapat mereka lakukan terhadap objek. Dan Piaget mengatakan bahwa pada subtahap ini menandai titik awal rasa ingin tahu manusia dan dan minat dalam kebaruan.

f.       Internalisasi skema (internalization of scheme)
Subtahap sensoris – motorik yang terakhir berkembang antara usia 18 hingga 24 bulan. Dalam sub tahap ini, bayi mengembagkan kemampuan untuk menggunakan simbol – simbol primitif. Bagi Piaget symbol adalah gambar sensoris yang diinternalisasikan atau kata–kata yang mewakili suatu peristiwa. Symbol memungkin bayi untuk berpikir tentang peristiwa nyata. Selain itu symbol memungkinkan bayi untuk memanipulasi dan mengubah peristiwa dalam cara – cara sederhana. Seperti ketika bayi melihat korek api yang dibuka dan ditutup, ia juga menirukan dengan membuka dan menutup mulutnya.

2.      Tahap praoperasional (preoperational stage)
Terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua Piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Seperti mereka beranggapan bahwa kapal dan bulan hanyalah benda kecil yang terbang di langit.
  1. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)
Berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis
untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi frustrasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu kata dalam tulisan tertentu.
  1. Tahap operasional formal (formal operational stage)
Yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide,berpikir tentang masa depan secara realistis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

Perkembangan Anak Menurut Islam
Karena perbedaan paradigm yang digunakan, yaitu antara ilmiah kontemporer dengan ilmiah qur’ani, maka konsep yang dimiliki oleh islam tentang anak dan perkembangannya tidak seratus persen sama dengan teori yang ada sekarang. Kenapa? Tentu saja hal ini berkaitan dengan konsep metafisik dan metaempirik yang tidak digunakan dalam ilmiah kontemporer. Pandangan seperti inilah yang kemudia melahirkan psikologi islam, yaitu sebuah ‘madzhab’ baru yang berusaha memberikan jawaban secara islami atas permasalahan yang dihadapi oleh umat islam dan tidak ditemukan dalam psikologi barat.
Dalam konsep barat, hanya dikenal dari pranatal sampai kematian. Tapi dalam islam tidak seperti itu. Ada fase sebelum pra natal, yakni pra konsepsi. Fase ini adalah fase yang erat kaitannya dengan pernikahan. Di barat tentu saja menikah bukanlah hal yang penting untuk di bahas karena mereka tidak mempercayai adanya hubungan antara menikah dengan anak yang akan dilahirkan. Tapi dalam islam, tidaklah seperti itu. Menikah dan tidak, dipercayai oleh umat islam akan mempengaruhi proses pembentukan anak yang akan dilahirkan.
Sederhananya mungkin begini; antara anak yang dilahirkan melalui proses pernikahan (dengan konsep mencari pasangan yang islami), anak yang dilahirkan karena hamil sebelum menikah, dan anak hasil perzinahan, bagi orang barat bukanlah sesuatu yang penting. Tapi dalam islam, itu akan mempengaruhi ‘kesucian’ dari anak tersebut, meski setiap anak yang lahir pasti dalam kondisi fitrah. Hanya saja, kita tahu bahwa air jernih dalam botol, akan tercemar dan terlihat kotor jika botol yang menjadi tempatnya juga kotor.
Semenjak zaman dahulu, semenjak manusia membesarkan anak keturunannya, telah dipersoalkan tentang bagaimana cara-cara mendidik anak bahkan semenjak dalam kandungan pun bayi telah didik oleh ibunya melalui hal apa yang biasa dilakukan oleh ibunya. Bahkan dalam sebuah penelitian bayi yang ada di dalam kandungan jika dibacakan ayat Al-Qur’an, bayi tersebut akan bergerak menuju posisi sujud. Jika diambil pelajaran semenjak dalam kandungan pun kita sudah sujud kepada yang kuasa yaitu kepada Allah SWT.
Tidak hanya itu, dalam islam proses perkembangan kognitif seorang anak harus berjalan sesuci mungkin dan dimulai sejak sebelum lahir. Dan bahkan bisa jadi, itu sanat menentukan perkembangan pada tahap selanjutnya. Banyak realita yang membuktikan akan hal ini. Imam Syafi’ie, dan banyak imam lainnya, yang mampu menghafalkan al-Quran pada usia dini. Bahkan tidak hanya itu, ada anak yang bahkan sudah menjadi seorang professor karena bukan hanya hafal al-Quran pada usia dini, tapi bahkan mampu menafsirkannya dan menggunakan dalam kesehariannya.
Hanya saja harus kita akui, bahwa pembahasan tentang perkembangan bayi dalam islam tidaklah sekomplit pembahasan orang-orang barat yang merinci dengan sedetail-detailnya seperti yang ada saat ini. Konsep-konsep tersebut tentu saja tidak ditolak oleh islam, selama tidak bertentang dengan agama dan konsep moral yang diyakini. Tapi hadirnya konsep islam mampu memberikan penjelasan yang diperlukan untuk menjawab problematika yang tidak ditemukan di psikologi barat, dimana metafisik dan agama dihilangkan.
Bayi dalam islam, mulai dikenalkan dengan hal-hal yang berbau islam sejak masih dalam kandungan. Bahkan saat prenatal, seorang ibu biasanya menggendong bayi sembari bershalawat dan mengenalkan dengan kalimat-kalimat tauhid. Ketika umur bertambah, orang tua mulai mengajari anaknya mengaji yang disesuaikan dengan perkembangan otak dan usianya. Setelah itu mulai diajari untuk shalat dan lain-lainnya, hingga sampai pada masa akil baligh (dimana seseorang sudah dianggap dewasa dan diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban dalam islam).

          Kesimpulan
Bagaimanapun, teori yang dihasilkan oleh Piaget membantu memberikan pengetahuan kepada semua tentang mekanisme perkembangan anak, yang kemudian dibaginya ke dalam empat tahap yang mempunyai tugas dan proses masing-masing; 1. Tahap Sensoris – motorik (sensorimotor stage). Tahap ini masih dibagi ke dalam enam fase yang sifatnya berkelanjutan; Reflex sederhana (simple reflex), Kebiasaan pertama dan reaksi sirkular primer (first habit and primary circular reaction), Reaksi sirkular sekunder (secondary circular reaction), Koordinasi reaksi sirkular sekunder (coordination of secondary circular reaction), Reaksi sirkular tersier, kebaruan, dan rasa ingin tahu (tertiary circular reaction, novelty and couriosity), Internalisasi skema (internalization of scheme). 2.  Tahap praoperasional (preoperational stage). 3. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage). 4. Tahap operasional formal (formal operational stage). Selain itu ada juga beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan kognisi seorang anak yang terdiri dari enam hal; skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, ekuilibrum, dan ekuilibrasi.
Lalu bagaimana dengan perkembangan anak dalam islam? Harus diakui bahwa tidak ada teori yang secara spesifik dan detail membahas hal tersebut seperti yang ditemukan oleh ilmuwan barat dengan paradigma ilmiah kontemporernya, tapi konsep mengenai perkembangan secara islam dibahas secara umum dengan konsep islami, yakni yang berkaitan dengan proses pra konsepsi – prenatal – neonatal, dan perkembangan selanjutnya. Karena dalam islam, perkembangan kognitif dalam islam, terkadang dipengaruhi oleh hal-hal yang metafisik dan metaempirik.


DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J. W. Children, 11th ed. Diterjemahkan oleh Verawaty Pakpahan dengan judul, Masa Perkembangan Anak. Jakarta; Salemba Humanika. 2011
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Edisi kelima
Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta: Surabaya. 1996
Kartono, Kartini. Psikilogi Anak. Mandar Maju: Bandung. 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar